![]() ![]() ![]() ![]() |
Mungkin sekarang
Sabtu, 06 September 2014 | <
$BlogItemDateTime$> | >0 star
Aku rasa aku sudah terlalu lama menunggu,terlalu lama menanti hal-hal yang tidak pasti.mungkin sekarang sudah waktunya aku pergi dan menanta hidup yang lebih baik bersama orang baru yang mungkin akan lebih baik lagi. aku tak bermaksud melupakanmu,aku hanya ingin pergi dan tak lagi menggangumu. kalau dulu berkali kali aku melangkah pergi tapi aku selalu kembali,kini aku sudah berniat tak akan lagi kembali. berkali kali aku berada di hati yang lain tapi akhirnya aku kembali lagi ke hati yang sama,namun kini aku hanya bisa berdoa tindakanku kali ini tidak salah dan aku bisa benar benar pergi darimu dan tak akan pernah kembali sebelum kau yang benar-benar menginginkannya.Selamat tinggal ya mari kita hidup di hidup kita masing masing, dan jika nanti kita sudah sama-sama nyaman dengan hidup kita,semoga kamu masih ingat aku,seseorang yang pernah mencintaimu seperti aku yang akan selalu ingat dengan kamu, orang yang pernah aku cintai. Label: Cerpen Surat Dari Melati (Annisa Dewi)
Rabu, 16 April 2014 | <
$BlogItemDateTime$> | >0 star
Terlalu banyak pertanyaan yang tak bisa ku ungkapkan. Mungkin semua ini terlalu tabu untuk di bicarakan. Zaman dimana perempuan telah pantas mendapatkan hak yang semestinya. Tapi apa? Aku hanyalah sekelopak bunga yang tidak akan tumbuh tingi tanpa tangkainya. Aku selalu menuruti apa yang kedua orang tuaku mau. Mengikuti semua perkataan mereka sampai pada akhirnya aku lelah untuk sealu ditopang. Aku wanita. Aku ingin melakukan apa yang aku inginkan. Aku ingin semua orang tau, bahwa aku bukanlah kelopak kuncup seperti yang mereka lihat. Aku ingin mekar, semerbak dan mewangi. Aku ingin hidupku bebas, aku ingin terus meneruskan pendidikan. Tidak seperti ini. Aku memang menghormati orang tuaku, bahkan sangat! Tapi untuk dinikahkan dengan orang yang bahkan aku tak pernah mengenalnya, kurasa itu semua berlebihan. Mengapa mereka tak membiarkanku membuka sayapku selebar mungkin? Mengapa mereka malah mematahkan sayap itu hingga hancur hampir tak bersisa? Aku tak tahu bagaimana cara yang tepat agar aku dapat mengungkapkan semua perasaan ini dan membuat mereka tahu bagaimana perasaanku yang sebenarnya. Disini aku hanya bisa menangis dan menahan teriakanku di dalam hati yang pilu ini. Sungguh aku hanya ingin mereka semua mengerti, bahwa ini bukanlah waktu yang tepat untuk menuruti apa yang mereka putuskan. Jika bisa ku berharap kumohon pak,bu, izinkanlah anak perempuanmu ini menempuh jalan yang yang ia mau.Label: Cerpen Mengapa Kita Harus Berbeda?
Sabtu, 26 Oktober 2013 | <
$BlogItemDateTime$> | >0 star
“hai” sapaan yang lembut terdengar dari bibirmu hampir di
setiap pagi. Bahkan setelah pulang sekolah kamu selalu menyapaku lewat pesan
singkat, sebuah percakapan yang sangat indah semakin hari semakin nyaman
terasa. Hingga aku merasa kehilangan jika tak ada pesan darimu. Semua berjalan begitu sempurna sehingga
membuatku terlena dan tak sadar bahwa kita berada di perbedaan yang sangat besar. Awalnya aku tak peduli dan
menganggap bahwa perbedaan kita ini tak ada artinya. Beberapa minggu berlalu
dan kini aku sudah menjadi milikmu. Saat bersamamu aku merasa seperti akulah
wanita terbahagia didunia kini. Lengkap tak ada kurang. Aku punya keluarga yang
begitu menyayangiku, teman yang begitu peduli kepadaku dan tak akan terlupakan
bahwa kini aku punya kamu yang selalu mewarnai hariku. Semua terasa begitu
indah,hingga aku tak menghiraukan semua perkataan teman-temanku tentang
perbedaan kita. Aku mungkin bodoh karena kini aku sedang terjebak dalam sebuah
cinta yang seakan membuat semua tentang kamu terlihat begitu sempurna.
Namun tiba-tiba semua yang aku takutkan terjadi, kamu mulai memikirkan
tentang perbedaan ini. Awalnya aku fikir kamu akan tetap mempertahankan aku
sampai akhirnya kata “putus” terucap manis namun menyakitkan dari bibirmu. Kau
bilang ini bukan mau mu dan kamu terpaksa melakukan hal ini karena orang tuamu.
Aku tau dan aku sadar bahwa tak akan ada satupun orang tua yang setuju dengan
perbedaan ini. Bukan hanya orang tuamu,sebelumnya orang tuaku juga melarang
tapi aku mencoba untuk tetap mempertahankan kamu kan?,tapi mengapa kamu tak
demikian? Seakan-akan kamu dengan gampangnya menerbangkan balon kesayangamu
yang sebelumnya kamu pegang erat dan bahkan tak jarang kamu peluk. Setau aku kamu
adalah seseorang yang gigih dan keras
kepala untuk mendapatkan keinginanmu,namun mengapa kamu tak memperjuangkan aku
seperti aku memperjuangkan kamu? Apakah aku tak pantas untuk diperjuangkan?
Atau bagaimana? Walau sebenarnya memang
aku tau bahwa kita tak akan selamanya bersama,namun tak bisakah kamu sedikit
saja memperjuangkan aku sampai hubungan ini setidaknya rusak bukan karena hal
ini? Ah tapi sudahlah semua perkataanku juga tak akan merubah semua keputusanmu
Namun sering aku berfikir mengapa
norma agama harus membedakan kita, sehingga kita memiliki sekat dan jarak, membuatnya
terpaksa tak bisa bersatu, dan akhirnya membuat kita (terpaksa) harus berpisah.
Sebenarnya, apa salahku dan salahmu? Kita tidak pamer kemesraan seperti
pasangan-pasangan tolol lainnya, kita juga tak membuat video mesum sebagai
sebab terjadinya zinah, kita tak melanggar norma asusila, tapi mengapa di mata
semua orang kita terlihat tetap saja salah?
Label: Cerpen Mungkin aku terlalu berharap (dwitasarii)
| <
$BlogItemDateTime$> | >0 star
Rasanya semua terjadi begitu cepat, kita berkenalan lalu tiba-tiba merasakan perasaan yang aneh. Setiap hari rasanya berbeda dan tak lagi sama. Kamu hadir membawa banyak perubahan dalam hari-hariku. Hitam dan putih menjadi lebih berwarna ketika sosokmu hadir mengisi ruang-ruang kosong di hatiku. Tak ada percakapan yang biasa, seakan-akan semua terasa begitu ajaib dan luar biasa. Entahlah, perasaan ini bertumbuh melebihi batas yang kutahu.
Aku menjadi takut kehilangan kamu. Siksaan datang bertubi-tubi ketika tubuhmu tidak berada di sampingku. Kamu seperti mengendalikan otak dan hatiku, ada sebab yang tak kumengerti sedikitpun. Aku sulit jauh darimu, aku membutuhkanmu seperti aku butuh udara. Napasku akan tercekat jika sosokmu hilang dari pandangan mata. Salahkah jika kamu selalu kunomorsatukan?
Tapi... entah mengapa sikapmu tidak seperti sikapku. Perhatianmu tak sedalam perhatianku. Tatapan matamu tak setajam tatapan mataku. Adakah kesalahan di antara aku dan kamu? Apakah kamu tak merasakan yang juga aku rasakan?
Kamu mungkin belum terlalu paham dengan perasaanku, karena kamu memang tak pernah sibuk memikirkanku. Berdosakah jika aku seringkali menjatuhkan air mata untukmu? Aku selalu kehilangan kamu, dan kamu juga selalu pergi tanpa meminta izin. Meminta izin? Memangnya aku siapa? Kekasihmu? Bodoh! Tolol! Hadir dalam mimpimu pun aku sudah bersyukur, apalagi bisa jadi milikmu seutuhnya. Mungkinkah? Bisakah?
Janjimu terlalu banyak, hingga aku lupa menghitung mana saja yang belum kamu tepati. Begitu sering kamu menyakiti, tapi kumaafkan lagi berkali-kali. Lihatlah aku yang hanya bisa terdiam dan membisu. Pandanglah aku yang mencintaimu dengan tulus namun kau hempaskan dengan begitu bulus. Seberapa tidak pentingkah aku? Apakah aku hanyalah persimpangan jalan yang selalu kau abaikan – juga kautinggalkan?
Apakah aku tak berharga di matamu? Apakah aku hanyalah boneka yang selalu ikut aturanmu? Di mana letak hatimu?! Aku tak bisa bicara banyak, juga tak ingin mengutarakan semua yang terlanjur terjadi. Aku tak berhak berbicara tentang cinta, jika kauterus tulikan telinga. Aku tak mungkin bisa berkata rindu, jika berkali-kali kauciptakan jarak yang semakin jauh. Aku tak bisa apa-apa selain memandangimu dan membawa namamu dalam percakapan panjangku dengan Tuhan.
Sadarkah jemarimu selalu lukai hatiku? Ingatkah perkataanmu selalu menghancurleburkan mimpi-mimpiku? Apakah aku tak pantas bahagia bersamamu? Terlau banyak pertanyaan. Aku muak sendiri. Aku mencintaimu yang belum tentu mencintaiku. Aku mengagumimu yang belum tentu paham dengan rasa kagumku.
Aku bukan siapa-siapa di matamu, dan tak akan pernah menjadi siapa-siapa. Sebenarnya, aku juga ingin tahu, di manakah kauletakkan hatiku yang selama ini kuberikan padamu. Tapi, kamu pasti enggan menjawab dan tak mau tahu soal rasa penasaranku. Siapakah seseorang yang telah beruntung karena memiliki hatimu? Mungkin... semua memang salahku. Yang menganggap semuanya berubah sesuai keinginanku. Yang bermimpi bisa menjadikanmu lebih dari teman. Salahkah jika perasaanku bertumbuh melebihi batas kewajaran? Aku mencintaimu tidak hanya sebagi teman, tapi juga sebagai seseorang yang bergitu bernilai dalam hidupku.
Namun, semua jauh dari harapku selama ini. Mungkin, memang aku yang terlalu berharap terlalu banyak. Akulah yang tak menyadari posisiku dan tak menyadari letakmu yang sengguh jauh dari genggaman tangan. Akulah yang bodoh. Akulah yang bersalah!
Tenanglah, tak perlu memerhatikanku lagi. Aku terbiasa tersakiti kok, terutama jika sebabnya kamu. Tidak perlu basa-basi, aku bisa sendiri. Dan, kamu pasti tak sadar, aku berbohong jika aku bisa begitu mudah melupakanmu.
Menjauhlah. Aku ingin dekat-dekat dengan kesepian saja, di sana lukaku terobati, di sana tak kutemui orang sepertimu, yang berganti-ganti topeng dengan mudahnya, yang berkata sayang dengan gampangnya.
dari seseorang yang kehabisan cara
membuktikan rasa cintanya
Label: Cerpen Teman Biasa
Rabu, 04 September 2013 | <
$BlogItemDateTime$> | >0 star
Padahal kini kita tak lagi jauh,setiap
hari kita selalu berada di dalam satu ruangan yang sama. Kini setiap hari kita
tak perlu mencari hanya untuk melihat dan mengobati rasa rindu di hati,dan kita
juga tak perlu memikirkan alasan untuk menyapa saat bertemu di jalan sepanjang koridor karena setiap saat
kita dapat melakukan itu. Tapi nyatanya? Kau tak pernah melakukan itu lagi. Aku
fikir jika kita berada di satu tempat yang sama kita jadi bisa lebih luwes
melakukan semua itu,tapi ternyata fikiranku salah,kamu malah semakin menjaga
jarak dan terasa seperti tak pernah mengenalku. Aku sering berfikir apa salahku
hingga kau berlaku seperti ini kepada ku? Megapa kau berlaku sangat dingin
hanya kepadaku dan tidak kepada yang lain? Aku rasa aku juga teman mu dan aku
rasa aku mempunyai hak yang sama untuk setidaknya mendapat senyum darimu. Aku
selalu bertingkah biasa kepadamu namun mengapa kau tidak bisa bertingkah biasa
kepadaku? Apa kau takut jika sapaanmu akan menjadikan itu sebuah harapan
dihatiku? Tenang saja tuan itu tak akan terjadi,karena hatiku sudah terlalu kuat
akan semua harapan dari mu,dan aku yakin dia akan memilih mana yang harus
dijadikan harapan dan mana yang tidak. Lagi pula ku pikir semua yang special
telah hilang dan aku tak lagi harus menunggu dengan sia-sia. Jadi tolong
perlakukan aku sama di depan semua orang, jangan jauhi aku, Toh sekarang kita
hanya teman biasa.
Label: Cerpen Bahagia Ternyata Tak Sederhana
Sabtu, 31 Agustus 2013 | <
$BlogItemDateTime$> | >0 star
Aku disini,sendiri
terdiam membisu. Aku tak tahu apa yang tuhan rencanakan kepadaku nanti tapi
kini aku merasa jika aku belum ada di dalam ke bahagiaanku. Aku memang punya
keluarga dan teman-teman yang menyayangiku tapi apa cukup hanya sampai disitu? Teman-
teman ku terlalu sibuk dengan dunia mereka masing-masing dan itu semua menuntut
aku untuk terbiasa sendiri. Aku tak tahu harus mengeluh pada siapa tentang
masalahku ini,aku tak tau apa aku memang membuat keputusan yang salah dan akhirnya
terjebak di situasi ini. Tak ada satu orang pun yang aku rasa peduli kepadaku
semua sibuk dan hanya fokus kepada urusan mereka masing masing,apa ini karma? Karma
karena apa? Aku rasa aku tak pernah tak peduli dengan teman-teman ku tapi
mengapa kini aku serasa di abaikan oleh mereka, aku selalu peduli dan mendengar
cerita mereka tapi jika aku butuh mereka tak ada yang mereka lakukan selain
menolak dan menjauh. Apakah semua orang harus berubah saat mereka ada
dilingkungan yang baru? lalu apa yang salah denganku hingga mereka semua
berlaku begitu? Dan mengapa harus aku sendirian yang terasa dibuang dan tak
dipedulikan sebegitu buruknya kah seorang aku?. Aku disini hanya ingin mereka
semua tahu kalau aku butuh mereka dan bukan untuk menyalahkan siapa pun,karena
aku tak tahu lagi harus seperti apa .
Tuhan aku sudah
terlalu lelah,beri aku orang yang bisa menemaniku setiap saa, saat aku senang
dan sedih,saat aku butuhkan dan saat mereka membutuhkan aku. Bahagia datang lah
kepada ku dan tunjukan bahwa aku juga berhak bahagia sama seperti mereka yang
lain.
Label: Cerpen After Vacum
Rabu, 28 Agustus 2013 | <
$BlogItemDateTime$> | >0 star
heyyy udah lama nih indah nggak nge bloggg,kangen banget loohhh nggak boong... ini sih ceritanya pos pemukaan setela lama vakum. mungkin setelah posting ini gue bakal banyak nge-post cerpen cerpen karena sekarang gue bener-bener lagi suka nulis cerpen yaudahan dulu deh ya ntar lanjutin lagi. aku sayang kamuhhh semua :* terutama kamu yang disana <3 |